Latest Updates

Hakekat Niat Dalam Beribadah


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Bapak-bapak Ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian yang diRahmati Allah SWT. 
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT.
Karena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Tanpa Ijin dari Allah tidak mungkin kita bisa hadir dan bermuwajahah ditempat ini.

Sholawat dan Salam selalu tercurah pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya, para ulama-ulama dan segenap pengikutnya, umat Islam sekalian. Aamiin.

Para Hadirin sekalian, pada kesempatan kali ini ijinkanlah saya mencoba mengetengahkan tentang hakikat niat dalam beribadah. Namun sebelum sampai pada materi itu, hendaknya diketahui bahwa niat dalam beribadah itu erat kaitannya dengan ilmu. Karena itulah umat Islam harus pandai dan memiliki ilmu.

Sesungguhnya ilmu itu sangat berperan bagi kehidupan umat manusia. Kita bisa memandang, melihat, dan meraba. Melalui indera tersebut akhirnya kita memiliki ilmu. Entah ilmu pengetahuan atau ilmu-ilmu agama.  Dengan adanya ilmu yang kita miliki, maka kita memiliki hasrat atau kemauan. Misalnya kita bisa melihat mereka sesuatu, bahkan merasakannya. Lalu sekali waktu, yakni pada kesempatan lain, hati ini akan tergerak untuk berkeinginan dapat meraba, memandang atau merasakannya. Artinya, semua yang kita rasakan, kita pandang, kita raba, kita cium, dan sebagainya itu, merupakan suatu pengalaman. Dari pengalaman itulah akhirnya timbul suatu keinginan. Mustahil seorang tidak pernah melihat dan merasakan nikmatnya buah anggur, lalu tiba-tiba ia berhasrat ingin memakan dan menikmatinya.

Para hadirin rahimahumullah,
Manusia diciptakan Allah dalam keadaan dimana hal-hal yang diinginkan itu telah dirasakan sebelumnya. Namun kadang-kadang sesuatu yang telah dikenal/dirasakannya itu tidak membuat ia tertarik. Tidak menimbulkan hasrat dan keinginan. Hal ini dikarenakan berlawanan dengan niat atau hasratnya. Contoh, seseorang yang telah mengenal api, maka ia akan tahu bahaya dan akibat yang ditimbulkannya. Tentu ia tidak akan mempunyai hasrat dan niat untuk menyentuhnya. Bandingkan seseorang yang telah pernah mencicipi madu, maka sekali waktu ia mempunyai keinginan untuk merasakannya.

Demikianlah Allah menciptakan alat-alat tubuh dengan tujuan untuk menimba ilmu dan mengumpulkan pengalaman. Sebab dari alat-alat tubuh yang disebut indera, manusia bisa mengumpulkan pengalaman.
Adapun niat adalah suatu keinginan yang mendorong tubuh kita untuk berbuat. Macam-macam dorongan untuk menggerakkan suatu amal dapatlah digolongkan menjadi beberapa tindakan, diantaranya adalah:

Pertama, amal (tindakan) yang dibangkitkan oleh suatu jenis dorongan saja. Misalnya suatu ketika kita dihadapkan pada seekor binatang buas yang tiba-tiba sudah berada didepan kita. Dengan demikian pasti kita menghindar atau lari dari binatang itu. Proses niat itu muncul karena demikian: Mula-mula kita melihat binatang itu dan kita meyakini ia cukup berbahaya. Dari manakah kita tahu jika binatang itu berbahaya? Dari Ilmu dan pengalaman. Dari Ilmu, misalnya kita telah mendengar cerita bahwa binatang tertentu, semisal harimau, sangat berbahaya. Kemudian dari pengalaman, mungkin kita pernah melihat harimau di kebun binatang yang berusaha menyerang pengunjung. Nah, secara beruntun dihati kita timbul niat untuk menghindari tempat itu. Niat itu disusul dengan suatu amal atau tindakan. Jadi tak ada niat lain kecuali lari atau menghindar. Inilah yang disebut dorongan tunggal yang memunculkan niat di dalam hati.

Kedua, suatu ketika kita memberi sedekah kepada famili kita. Sedekah itu didorong oleh dua niat. Niat pertama karena dia masih famili dan niat kedua karena ingin beramal baik.

Ketiga, pendorong yang mempunyai kekuatan cukup untuk membangkitkan kita melakukan sesuatu. Misalnya kita memiliki niat untuk mengerjakan ibadah sholat. Pertama niat kita kuat karena Sholat dianggap sebagai kewajiban. Kemudian ditambah niat lagi, yaitu mendapatkan pahala. Lalu ditambah niat lagi yaitu kita berusaha menghindari dosa dan kedurhakaan kepada Allah. Ketiga niat yang menjadi satu itu merupakan pendorong kuat bagi seseorang dalam beramal ibadah.

Bapak Ibu dan saudara sekalian,
Segala amal perbuatan, terutama amal kebaikan, tidak bisa dilepaskan dengan niat. Jadi niat dan amal itu tidak dapat berdiri sendiri. Sholat yang kita kerjakan tanpa didahului dengan niat, maka tidaklah sah sholat kita. Begitu juga ibadah-ibadah lainnya.

Berbicara tentang niat, maka tentu berhubungan erat dengan ikhlas. Artinya, segala amal perbuatan yang kita lakukan, terutama amal taat, hendaknya dipasang niat. Dan niat itu haruslah ikhlas, Tanpa dilandasi niat ikhlas, maka ibadah kita menjadi sia-sia.

Rasulullah SAW. Bersabda, " Apabila seseorang mengikhlaskan amal perbuatannya karena Allah selama empat puluh hari, maka memancarkan hikmah dari hati dan lidahnya."

Disisi lain Allah SWT. berfirman:
"Dan tiadalah mereka disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan beragama untukNya (QS. Az Zumar 3)."

Dalam surat Az Zumar ayat 3 tersebut difirmankan oleh Allah SWT bahwa kita sebagai orang beriman diperintahkan untuk menyembah  Allah secara ikhlas. Artinya, penyembahan atau keimanan itu hendaknya bersih karena Allah, bukan karena kita malu kepada teman, bukan malu kepada atasan, bukan malu kepada siapapun. Namun hati kita harus bersih, niat kita hanya satu karena Allah. Inilah yang disebut keimanan yang ikhlas.

Kemudian dalam surat lain, Allah Berfirman:
"Maka barang siapa yang mengharap bertemu Tuhannya, hendaklah ia melakukan amal baik, dan janganlah menyekutukan dengan sesuatu apapun dalam menyembah Allah." ( QS. Al-Kahfi 10)

Penyekutuan Allah terhadap yang lain dalam bentuk beramal taat itu banyak sekali. Dan hal itu seringkali tidak kita sadari. Misalnya kita berniat sholat dan menyempurnakan gerakannya. Hal itu bukan bertujuan ikhlas karena Allah saja. Tetapi karena ingin dianggap orang lain bahwa kita adalah ahli sholat. Begitu pula kita membaca Al-Qur'an dengan lantunan merdu dan suara dikeraskan dengan tujuan agar dipuji orang. Inilah Riya'.

Para hadirin yang saya hormati,
Dalam sebuah hadist Qudsi, diterangkan bahwa Allah berfirman: "Keikhlasan adalah salah satu rahasia diantara rahasia-KU. Dan Ku simpan di hati orang yang Ku Cintai di kalangan para hambaKu."

Dalam kaitannya dengan niat yang dicemari oleh Riya', maka sebuah hadist menerangkan bahwa kelak dihari Kiamat, pertama-tama kelompok atau golongan yang dihisab itu dipersoalkan. Mereka itu adalah golongan orang-orang yang berilmu atau golongan ulama, golongan orang yang bersedekhah dengan hartanya, dan golongan orang-orang yang mati syahid dalam berjihad.

Kepada para ulama, Allah bertanya, "Apakah engkau berbuat dngan ilmumu ketika di dunia?"
Ulama Menjawab, "Wahai Allah, kami telah memanfaatkan ilmu yang kumiliki untuk menunaikan Sholat malam dan di ujung siang."

Allah berkata, "Kau Bohong!! Sebab engkau inginkan dalam beribadah itu agar orang lain mengagumimu dan mengatakan bahwa dirimu adalah seorang Ulama. Dan kenyataannya memang demikian, umat mengatakan demukian kepadamu. Celakanya engkau merasa senang dipuji oleh mereka."

Allah kemudian memerintahkan malaikat untuk melemparkan ulama itu ke dalam api neraka.

Selanjutnya golongan orang-orang kaya dan gemar bersedkah dipanggil. Allah bertanya kepada orang tersebut." Aku telah memberi karunia kepadamu berupa harta benda. Kau manfaatkan untuk apakah harta benda itu ketika kau masih hidup di Dunia?"

Orang yang berharta itu menjawab, " Ya Tuhan, harta itu sebagian kusedekahkan kepada fakir miskin, anak yatim dan untuk kepentingan dalam memakmurkan agama Islam."

Allah berkata," Kau Bohong !! Aku Maha Mengetahui, bahwa sedekah yang kau lakukan itu bukan semata-mata untuk beribadah kepadaKu. Niatmu lain. Sebab niatmu ingin engkau puji orang lain bahwa dirimu adalah orang yang dermawan dan gemar bersedekah. Lalu orang-orang memujimu dan kau senang dengan pujian itu."

Allah kemudian memerintahkan malaikat Zabaniah untuk melemparkan ahli sedekah itu ke jurang neraka.

Karena iu, jangan kita bangga dengn bersedekah yang kita keluarkan. Jangan sibuk mengitung amal pahala yang belum tentu kita dapatkan. Selama niat sedekah itu tidak ikhlas maka pahala akan digantikan dengan siksa oleh Allah Ta'ala.

Para hadirin yang saya hormati,
Kemudian golongan setelah itu yang dipanggil Allah ialah mereka yang ketika hidupnya berperang membela agama Islam lalu ia mati terbunuh. Yakni mati dalam keadaan syahid. Kepada orang yang syahid ini Allah bertanya," Apakah yang telah engkau lakukan sehingga engkau mati syahid?"

Orang yang Syahid itu menjawab."Ya Allah, Engkau telah memerintahkanku untuk pergi berjihad, maka aku berperang sampai akhirnya mati terbunuh."

Allah berkata, "Sesungguhnya engkau bebohong, Engkau memang mati terbunuh  di medan perang dalam Agama Allah. Namun niatmu tidak ikhlas."

Allah kemudian memerintahkan malaikat Zabaniah untuk menyeretnya ke dalam Api neraka. Naudzubillah....

Bapak, Ibu dan saudara sekalian...
demikianlah hubungan antara niat dan ibadah kepada Allah. Oleh karena itu hendaknya kita menjaga diri dan hati kita agar tidak tercemar dari Riya'. Riya' adalah senang dipuji orang lain. Dalam urusan beramal taat, maka niat harus bersih, hanya kepada Allah semata. Semoga pidato singkat ini ada guna dan manfaatnya. Mohon maaf jika ada kekurangan dan terima kasih atas perhatiannya.

Bilahit taufiq wal hidayah, Wassalamu'alaikum warahmatullahiwabarakaatuh.
Blogger Indonesia

Iklan Online